Tahendung: Tulude Terburuk Tahun Ini
Written By manadolive.blgospot.com on Selasa, 09 Februari 2016 | 06.19
ManadoLive-- Tulude merupakan salah satu kearifan lokal Sulawesi Utara
yang berasal dari Nusa utara yang sarat makna religius dengan histori
kesakralanya dang sangat dibanggakan. Telah menjadi agenda pemerintah propinsi
Sulawesi Utara lewat Dinas Pariwisata Sulawesi Utara untuk diselenggarakan
sebagai agenda budaya demi mendukung program pemerintah menjadikan sebagai
destinasi wisata. Seperti pesta adat Tulude yang diselenggarakan pekan kemarin
(6/2) di lapangan Koni Sario. Namun pagelaran tersebut mendapat sorotan tajam
dari tokoh masyarakat Sangihe di Manado,
“ Ini Tulude terburuk, terus terang saya harus katakan Budaya sangihe
berduka,” ujar bu Agus sebagai Ketua Ikatan Kekeluargaan Sangihe Sitaro dan Talaud
(IKSST) propinsi Sulawesi Utara. Tulude yang digelar Sulut kali ini hanya
seperti tulude lingkungan, “Saya hadir langsung menyaksikan sebagi undangan
namun saya begitu miris melihat keadaan di lapangan seharusnya ini pesta rakyat
namun lapangan Sario kosong melompong juga apa yang dijanjikan Kadis Pariwisata
propinsi bahwa akan ditampilkan makanan khas sangihe tapi kenyataanya jangankan
makanan kategori pesta pelakon acara pun makan nasi kotak,” tandasnya. Lebih
memiriskan lagi, liturgi acara tersebut kacau pelakon yang di siapkan panitia
tidak siap menjalankan tugasnya keluh tahendung.
Senada
dengan Tahendung, Ronny Serang Humas IKSST Kota Manado, “Kami sebagai warga
kota Manado sangat menyayangkan kerja panitia yang terkesan setengah hati
melaksanakan hajatan pesta adat Tulude, sebaiknya kalau Panitia tidak tau dan
tidak mengeti adat bertanyalah atau
bekerja sama dengan organisasi masyarakat nusa utara. Belajar pengalaman
tahun lalu sangat sukses seharusnya tahun ini jauh lebih baik karna
penyelengaranya di gabung pariwisata propinsi dan kota manado tapi kenyataanya
Tulude Tahun memalukan,sebab kelihatan penyelenggaraan acara ini orientasinya
hanya karena proyek,” Sembur Ronny. Dirinya meminta intansi seperti Inspektorat,
Kejaksaan ataupun kepolisian turun tangan mengawasi maupun menyelidiki
penggunaan anggaran jangan sampe adat dan budaya ini dijadikan komoditi untuk
mencari keuntungan dan menguntungkan seseorang. “Karena kami dengar pagu dana
untuk acara tersebut 300 juta dari Pariwisata propinsi Sulawesi Utara belum
dari pariwisata kota Manado, sehingga kelihatannya satu acara tapi dua mata
anggaran,” pungkas Ronny.(dar)
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar